Laman

--------------------------------- Memotret kehidupan dalam suatu rangkaian bahasa dan frasa 8.) ---------------------------------

14 Februari 2013


halo mentari. maaf baru sempat menyapamu. rangkaian mini paragraf ini sekedar sapaan singkat untuk mu. apa kau kenaliku? kuharap iya :D atau jika tidak, perkenalkan aku yang memiliki nama hampir sama denganmu. tiga suku kata yang hampir sama dengan sebutan untukmu. hanya saja tinggal kau tukar suku kata pertama dari namamu. huruf m, e, dan n dengan l, e, dan s. kupikir nama kita berdua sama-sama indah bukan? :D o ya mentari.. apa kau tau? hantaranmu cukup berhasil menggelapkan kulitku disini. tidak apa :D itu bukan masalah besar untukku. asal orang lain masih dapat membedakan antara warna serbuk kopi, kecap manis, aspal panas, dan juga kulitku :) mentari.. izinkan aku bertanya sedikit tentangmu yang diam di angkasa. seperti apa rasanya berada di atas sana? apa yang kau lakukan malam-malam begini? apa sama denganku? tidurkah? kurasa tidak. ditempat rebah, aku menatap ke arah jendela yang sengaja dibuka. biar temanmu angin bisa berkunjung kesini. ke kamarku tentu. tolong sampaikan terimakasih untuknya. dia telah membantu ku mengusir gerah. malam-malam begini aku juga bisa melihatmu. hanya saja dalam bentuk yang berbeda. aku tau, cahayamu kau pinjamkan pada bulan kan? tepat di lubang jendela itu ada bulan menggantung pada kanvas langit yang legam. kalau boleh jujur, disini kami pernah mengeluh tentang kamu. kamu yang kadang berlebihan menebar senyum untuk kami di jakarta. sudah kurang lebih dua bulan kami harus berjalan kaki sekitar lima belas menit dari tempat kost untuk sampai ke kantor, atau sebaliknya. jadi, jangan salahkan kami yang berlagak kecentilan. lebih mencintai payung, bayangan rindang pohon, dan gedung pencakar langit, dari pada sinarmu di siang hari. kami menghindari terikmu. tapi tidak bisa. peluh pun ikut berpesta disini. maafkan kami. mentari.. apa pantas kami mengeluh? kalau pagi kau begitu menghangatkan, siang terlalu menyengat, sore lembayungmu merona, malam giliran hitam yang meraja. andai saja kami lebih mengerti. bahwa itu sebenarnya adalah kamu mentari. wujudmu yang satu. hanya saja kami memandangmu dari sudut elevasi yang berbeda. sekali lagi, maafkan kami yaa mentari. kami sadar. kami para manusia kurang gemar bersyukur. kami terlalu pintar mengingat yang buruk dan melupakan yang baik. mentari, kali ini giliranku yang ucapkan beribu terimakasih untukmu. jika bukan kau, siapa lagi yang keringkan jemuran :D jika bukan kau, siapa lagi yang berikan nutrisi cuma-cuma untuk kulit dan tulang di waktu pagi. lalu, jika bukan kau, maka banjir disini tidak akan lebih cepat menyurut. iya kan? jadi mentari.. terimakasih untuk pagimu yang menyegarkan, siangmu yang benderang, soremu yang nampak menyelaksa, terimakasih juga untuk malammu yang selalu mau pinjamkan sinarnya pada bulan. ajari kami bagaimana caranya agar pandai bersyukur. salam hangat kami kirimkan untukmu. kami yang telah terlupa betapa setianya kamu di atas sana. dari saya atas nama kami untuk kamu. mentari.