Laman

--------------------------------- Memotret kehidupan dalam suatu rangkaian bahasa dan frasa 8.) ---------------------------------

25 Agustus 2011

Say No To "Playboy"

Sobat blogger pasti pada udah taukan tentang penerbitan majalah playboy di Indonesia. Sekarang kita coba ulik lagi biar kita tambah paham bisa-bisa iman remaja kita yang udah lapuk bin
reyot jadi ambruk kalau gatau apa buruknya majalah playboy. Gimana ga? segala masalah narkoba, tawuran, pergaulan bebas belon selesai, eh pake acara mau nambah daftar pornografi. Padahal tanpa playboy pun, kita gampang banget ngedapetin bacaan yang ga kalah syuur semacam X!, Wow, Liberty, X-Files dan kawan-kawannya. Itu masih yang lokal aja, karena di beberapa toko buku terkemuka, ternyata majalah impor yang isinya masih "saudaraan" ama playboy juga ada. Sebut saja New Weekly, Rolling Stone, ato Maxim, yang kalo kita ngeliat covernya aja udah bikin kaum hawa malu abis, meski itu bukan gambar kita (amit-amit deh).


Ngomongin soal pornografi emang nggak bakal ada habisnya. Hampir saban hari kita disuguhi dengan segala hal yang urusannya nyerempet-nyerempet sama pornografi. Nggak cuman media cetak dan tayangan beragam acara di televisi, dunia maya di internet, vcd atau sekarang bisa juga lewat ponsel, membuat remaja semakin gampang aja menikmati pornografi. Mungkin kita masih inget kasus vcd Bandung Lautan Asmara, casting iklan sabun, tampilan Sophia Latjuba di majalah Popular yang bikin gerah, ato pose "polos" Anjasmara yang semakin meramaikan pornografi di bumi pertiwi ini (udah jadul bgt). Mayoritas berdalih semua itu seni, trus apa bedanya mereka sama kucing tetangga atau ayam sebelah rumah yang tiap hari sliweran di jalan sambil telanjang. Nah, lho!!!


Masalah pornografi kian marak seiring dengan dibukanya kran kebebasan pers selama era reformasi. Bagai jamur di musim hujan, berbagai media cetak bermunculan dan berlomba menggaet pembaca demi mendongkrak oplahnya. Emang di satu sisi iklim tersebut menumbuhkan suasana kondusif untuk gemar membaca dan mendidik masyarakat biar lebih pintar. Tapi, di sisi yang lainnya justru menikam akal sehat masyarakat pembacanya-termasuk remaja macam kamu-dengan sejumlah penerbitan yang mengumbar pornografi. Begitulah kebebasan, dia memang ibarat pisau bermata dua. Kalo dulu remaja sembunyi-sembunyi buat ngedapetin dan membaca yang begituan, sekarang justru dijual bebas n laris manis bak kacang goreng. Dan bukannya tanpa efek samping (obat kali), Banyaknya media berbau pornografi telah dengan sukses meningkatkan angka pelecehan seksual di negeri ini.


Nah, setelah tahu masalah pornografi yang segitu rupa, nggak mungkin dong kita cuman diem aja ato berpangku tangan. (back sound: ngapain sih mbak, pake repot-repot, yang penting kita kan ga ikutan ngeliat ato ngelakuin yang begituan, nyantai aja lagi) mungkin sekarang kita bisa berpikir kayak gitu. Tapi gimana kalo pada suatu saat kita-remaja putri-yang jadi korban  orang yang abis liat begituan atau malah kita jadi model hidden cam orang-orang yang ga bertanggungjawab (naudzubillah min dzalik, jangan sampe deh!). Makanya sebelum bener-bener terlambat yuk kita rame-rame membentengi diri dengan banyak-banyak mengkaji Islam. Kenapa? Karena hanya dengan Islam kita jadi tau hitam-putih kehidupan, baik-buruk dan halal-haram aktivitas manusia langsung dari Sang Pemilik Alam ini. Bukankah Allah swt berfirman, "…Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu…" (TQS. al-Maidah : 3).

Islam mampu menjawab semua masalah manusia sekaligus ngasih solusinya, tak terkecuali soal pornografi. Kalo banyak seleb bilang belom ada batasan yang jelas tentang porno, termasuk DPR kita sekarang juga masih "bingung" ngebahas RUU pornografi dan pornoaksi, kenapa ga sekalian kita kembali ke Islam. Karena udah gamblang banget, kalo yang namanya porno adalah menampakkan aurat kepada yang bukan muhrim, dan ini berlaku buat laki-laki juga perempuan. Jadi kalo laki-laki keluar rumah ga pake pakaian yang menutup pusar sampe lutut (auratnya), itu namanya porno. Sama halnya kalo perempuan jalan-jalan ke mall tanpa jilbab n kerudung-sebagaimana yang diperintahkan Alloh dalam QS. An-Nur: 31 dan QS. Al-Ahzab: 59-akan termasuk dalam kategori porno. Sepakat dong?


Pertanyaannya sekarang, apakah masalah pornografi bisa selesai dengan benteng iman dari diri kita aja? Jawabannya adalah nggak. Sekuat-kuatnya iman kita, kalo tiap hari, tiap jam dan tiap detik kita "bergaul" dengan lingkungan yang bebas banget plus porno abis, bisa-bisa benteng kita ikutan runtuh. Artinya, kita juga butuh masyarakat yang kondusif, yang punya kontrol sosial dan ngerti Islam. Sehingga ga bakalan lagi tuh beredar berbagai macam bentuk media "panas" yang bisa bikin iman kita koyak. Gimana caranya biar lingkungan kita kondusif ? "…sampaikanlah walau satu ayat…" kira-kira gitu deh bunyi jinglenya Kontes Dai di TPI.


Nah, setelah kamu-kamu pada belajar Islam, buruan tularin apa yang kamu punya ke temen-temen dan orang-orang di sekitarmu. Ini aktivitas mulia lho, bahkan Allah memuji pelakunya dalam QS. Fushilat: 33, "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim". Ga cuma mulia tapi ini penting banget. Karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa, maka saling mengingatkan antara kita sangat diperlukan, sebagaimana firman Alloh: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (TQS. al-Ashr: 1-3).

Last but not least, kita butuh peran dari pemerintah buat membabat habis yang namanya pornografi. Soalnya kalo rakyatnya sudah bertaqwa, masyarakat juga "ngeh" sama Islam tapi pemerintahnya melempem waktu melihat kemaksiatan macam pornografi, ya rusaklah semua. Pemerintah mesti menerapkan Islam plus bertindak tegas kepada siapa dan apa aja bentuk kemaksiatan itu, kecuali pemerintah udah ga peduli ama masa depan bangsa ini (mudah-mudahan ga ya?). Yakin deh kawan, cuman dengan Islam saja kita bisa bener-bener merasa tenteram dan terbebas dari virus pornografi. So, say no to playboy!.

(S Y A M I L A)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar