Hari tadi, seharusnya saya pergi ke kampus, menyaksikan teman-teman ‘bertarung’ di meja sidang mempertanggungjawabkan apa yang didapat dan dikerjakan selama 7 minggu PKL (Praktek Kerja Lapangan) di rumah sakit dalam dan luar kota di tambah 2 minggu PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) di puskesmas pilihan dalam kota (tapi nyatanya malah terlaksana di kota yah, bukan di desa, pinggir jalan utama pasteur, perempatan RSHS, tepatnya puskesmas pasirkaliki, it should be said.. PKMK , Pembangunan Kesehatan Masyarakat Kota :p)
Hari tadi, seharusnya jasad dan ruh saya ada di ruang 'mencekam' tempat penentuan nilai akhir 6 dan 4 sks. Seharusnya saya duduk terpana :P melihat penampilan teman-teman di kampus sana, walau hanya sekedar memberi semangat, menjadi pendengar yang baik, memberikan tepuk tangan, dan juga... bersorak sorai (tentu hal yang satu ini tidak benar untuk dilakukan di ruang sidang).
Tapi, apa daya, Allah berkehendak lain. Sistem imun pun harus kalah tempur melawan virus-virus yang meraja di tempat berkumpulnya orang sakit. Ya.. saat saya PKMD di puskesmas saya akui saya kurang memperhatikan kondisi tubuh. Berangkat tanpa sarapan, makan sehari sekali, alat pelindung diri tidak digunakan (masker, sarung tangan, jas lab) , tidur larut malam, jangan ditiru ya!! sekali lagi, jangan ditiru!! (siapa juga yang mau niru) ditambah kondisi puskesmas yang saya rasa (maaf) kurang terjaga higiene dan sanitasinya. Akhirnya kondisi saya memble begini, berawal dari sakit tenggorokan, lalu bersin-bersin, pilek, sedikit puyeng dan uhuk.. batuk-batuk . Tapi ambil hikmahnya saja.. sejenak , akhirnya saya bisa istirahat rada-rada panjang.
Itu tadi beberapa kata pembuka, karena sebenarnya bukan itu yang ingin saya ceritakan :D, langsung saja to the point.. seperti judul yang sudah saya tuliskan di atas "Ksatria Juga Menangis" , daripada tiduran gajelas lebih baik saya cari kegiatan yang sedikit produktif, maka dari itu, tadi saya ngobrak-ngabrik rak bukunya ibu :p eh, nemu buku jadul pisan cetakan pertama tahun 1985 terbitan Mizan, itu adalah buku kumpulan kisah zaman Nabi dan para sahabatnya. Disini yang akan saya ceritakan adalah Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
begini singkatnya…..
Beliau adalah seorang sahabat yang paling dekat kekerabatannya dengan Nabi, beliau adalah menantu Nabi karena ikatan perkawinan dengan Fatimah Az-Zahra. Sejarah mencatat bahwa beliau adalah pemuda pertama yang beriman kepada Nabi.
Ketika beliau masih menjadi pemuda tanggung, beliau sudah menunjukkan keberaniannya dalam membela Nabi. Dengan suara lantang, dihadapan berpuluh-puluh kaum Quraisy ia menyatakan kesetiaannya kepada Nabi.
“Ya Rasul Allah, jalankan terus apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Demi Allah! Aku akan senantiasa berada di sampingmu dan menjaga keselamatanmu.”
Pada saat beliau menunaikan solat, hatinya demikian khusyu dan khidmat. Beliau selalu bermunajat kepada Allah dan mengagungkan kebesaran-Nya. Ketika beliau mengasingkan diri di sela batang pohon kurma lebat, beliau berdoa sambil menangis penuh ratapan kesedihan.
“Ya Allah tuhanku, betapa banyak dosa yang karena kemurahan-Mu tidak Engkau balas dengan murka-Mu. Ya Allah tuhanku, bila dalam umurku aku berbuat dosa kepada-Mu yang semuanya tercatat dalam shuhuf-Mu, maka aku tidak mengharap selain ampunan-Mu, dan tidak merindukan sesuatu kecuali ridho-Mu Ya Allah.”
Beliau masih dalam keadaan ruku dan sujud, lalu terdengar lagi munajat yang diucapnya.
“Ya Allah tuhanku, tiap kurenungkan keampunan-Mu, terasa ringan diriku dari kesalahan, dan tiap murka-Mu yang dahsyat, terasa sangat besar dosa dan kesalahanku.”
Demikianlah jika beliau berdoa selalu terhanyut dalam tangis dan air mata penuh keharuan, karena mengharapkan keampunan dan ridho Allah.
Imam Ali bin Abi Thalib r.a. telah ditakdirkan Allah harus menjadi syuhada pada akhir khayatnya. Seperti biasa, pagi itu beliau mengimami solat subuh di Masjid Kufah. Seorang Quraisy bernama Ibn Muljam, yang sejak tadi mengintai dari belakang dengan belati di belakang perutnya, tiba-tiba ia menikam Imam Ali dari belakang. Meskipun Imam Ali masih sempat menyelesaikan solatnya, namun tak lama kemudian beliau semakin lemah dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Menjelang detik-detik terakhir wafatnya, beliau masih sempat berwasiat kepada kedua putranya Hasan dan Husain dengan berkata..
“Anakku….. camkanlah baik-baik 4 perkara yang hendak kukatakan. Selama engkau berpegang teguh pada 4 perkara itu, apapun yang engkau lakukan tidak akan mendatangkan mudharat kepadamu:”
- Sesungguhnya kekayaan yang paling tinggi nilainya adalah akal pikiran.
- Kemelaratan yan paling parah adalah kebodohan.
- Kesepian yang paling menakutkan adalah bangga pada diri sendiri.
- Nasab yang paling mulia adalah budi pekerti luhur.
Sedikit cuplikan kisah ini diharapkan dapat menyentuh rasa dan karsa kita yang membutuhkan lakon panutan sebagai suri tauladan seorang muslim. Semoga kita bisa mencontohnya :”)
hampir (menangis) membaca 'ksatria pun menangis'.... jaga kesehatan atuh bidadari... jangan tidur terlalu malam.... jangan lupa sarapan... jaga kesehatan... do not work too hard... perempuan dilarang kerja terlalu keras (Oleh saya.. :P )... cepat sembuh ya dek yah... cepat sembuh.... cepat sembuh... aamiin... :)
BalasHapus