Laman

--------------------------------- Memotret kehidupan dalam suatu rangkaian bahasa dan frasa 8.) ---------------------------------

12 September 2011

Pembunuh Tersembunyi

Bagi  penggemar  makanan  ala  Barat  seperti  'fast  food',  waspadalah. Karena,  di  balik  kelezatan  makanan  tersebut  mengintai  kandungan  lemak  trans yang tinggi merupakan pembunuh tersembunyi atau 'secret killer'.

Lemak trans bernama asli Trans Fatty Acids (TFA) itu, dianggap sebagai biang keladi meningkatkan        kolesterol   darah     secara     bertahap     dan     meyakinkan.      Padahal, kolesterol  darah  yang  tinggi,  dinilai  sebagai  pemicu  aterosklerosis  (penyempitan pembuluh darah).


Aterosklerosis  menjadi  pilar  utama  komplikasi  hipertensi  akibat  proses  kerusakan menahun pada permukaan sisi dalam pembuluh nadi. Kerusakan itu, salah satunya berawal   dari   terpaan   kontaminasi   zat   radikal   bebas,   yang   berasal   dari   hasil metabolisme   dan   oksidasi   lemak   tubuh.   Secara   bersama-sama,   dengan   LDLkolesterol  (kolesterol  jahat)  tinggi  dan  trigliserida  (lemak  darah),  membentuk  plak. Selain  dipengaruhi  oleh  lemak  trans,  kolesterol  darah  yang  tinggi  sebetulnya  juga disebabkan oleh konsumsi lemak jenuh (lemak cis) yang berlebih, terutama berasal dari  menu   makanan   sehari-hari.   Namun,  lemak   trans   sangat   berperan   cukup penting dalam meningkatkan kolesterol darah secara progresif.

Lemak trans mulai populer, sejak ditemukan kasus dalam penelitian gizi (diet) oleh beberapa   peneliti   pada   tahun   80-an.   Penelitian   dan   pengamatan   dilakukan terhadap  konsumsi  lemak  jenuh  orang  Skandinavia  dan  Amerika  Serikat.  Hasilnya, konsumsi  lemak  trans  yang  lebih  tinggi  pada  orang  Skandinavia,  secara  nyata meningkatkan penderita jantung koroner. Isu mengenai lemak trans kembali marak, setelah  Badan  Pengawasan  Makanan  dan  Obat  Amerika  Serikat  (US-FDA)  dan British  Nutrition  Foundation  (BNF)  mempersoalkannya  kembali.  Data  menunjukkan, tingginya konsumsi lemak trans pada penduduk di kedua negara tersebut. Karena itu, US-FDA berencana menerbitkan peraturan final yang mewajibkan perusahaan yang  bergerak  dalam  industri  pangan,  untuk  mencantumkan  kandungan  lemak trans    pada      label    makanan        yang     diproduksi     secara      massal.    Ketentuan pencantuman label ini, merupakan upaya untuk melindungi masyarakat konsumen dari mengonsumsi TFA secara berlebihan. Terbitnya peraturan tersebut, dipicu oleh berbagai  hasil  studi  yang  menunjukkan  adanya  hubungan  antara  konsumsi  TFA (lemak  trans)  dengan  peningkatan  kolesterol  darah.  Membatasi  konsumsi  lemak trans,  merupakan  anjuran  berbagai  departemen  kesehatan  di  sebagian  besar negara maju, khususnya AS dan Inggris.

Lalu,   apakah      masyarakat   Indonesia   sudah   perlu   membatasi   konsumsi   TFA? Pertanyaan   ini   masih   sulit   dijawab.   Masalah   penyakit   jantung   koroner   (PJK) sebetulnya  bukan  hanya  didominasi  negara  maju.  Di  Indonesia,  sekarang  ini  PJK telah  menjadi  pembunuh  nomor  dua,  atau  mungkin  sudah  nomor  satu,  yang sebelumnya hanya menjadi peringkat ketiga atau kelima. PJK  banyak  diderita  oleh  golongan  usia  muda,  yang  masih sangat pr  oduktif dan dikenal   sebagai    eksekutif   muda    berusia   antara    30-40  tahun.   Tidak   pernah dibayangkan  sebelumnya  bahwa  hipertensi,  stroke,  dan  PJK  dapat  menyerang pada saat usia belum genap 40 tahun.

Hal  ini  pada  beberapa  waktu  lalu  tidak  pernah  terjadi.  Penyakit  ini,  tidak  hanya menimpa  kalangan  menengah  ke  atas  saja,  namun  semua  kalangan,  tak  kenal kaya  atau  miskin.  Salah  satu  pemicunya  adalah  konsumsi  lemak  yang  tinggi, khususnya lemak jenuh dan lemak dalam bentuk isomer trans.

Beberapa hasil penemuan terbaru secara lebih rinci menunjukkan, bahwa konsumsi lemak trans yang tinggi secara spesifik dapat meningkatkan kandungan kolesterol LDL (kolesterol jahat). Sebaliknya, dalam kandungan kolesterol HDL (kolesterol baik) terjadi penurunan secara bermakna.

Keadaan  ini  sangat  tidak  menguntungkan.  Sebab, kolesterol  HDL sangat  berguna dalam  menetralkan  atau  memusnahkan  LDL  agar  tetap  terjaga  rasio  kandungan kolesterol total yang harmonis.

Ada   fakta   lain   yang   lebih   serius   membuktikan,   bahwa   lemak   trans   tersebut mengganggu  konversi  asam  lemak  esensial  linoleat  menjadi  arakidonat  dalam sintesa  lemak  tubuh.  Secara  keseluruhan,  hal  ini  akan  mengganggu  sistem  reaksi enzimatik   dalam     metabolisme     lemak.    Terganggunya      sistem   enzimatik,   akan berpengaruh  juga  dalam  perkembangan  sistem  saraf.  Sebab,  sel  saraf  sangat membutuhkan jenis asam lemak esensial ini.
(to/np)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar