Mengirim SMS, short message service, memang bukan hal baru bagi pengguna handphone. Namun, di balik asyiknya ber-SMS, siapa duga, bisa menimbulkan penyakit fisik dan mental.
SMS adalah salah satu pelayanan teknologi komunikasi canggih yang sudah tidak asing lagi bagi para pengguna telepon seluler. Dengan SMS, berita singkat dapat cepat sampai ke tangan penerima berita, dan sebaliknya jawabanpun akan dengan cepat pula dapat diterima oleh pengirim berita.
Tapi, kehebatan teknologi ternyata tidak selalu bermanfaat bagi manusia sebagai penggunanya. Seperti yang terjadi pada seorang anak perempuan di Italia, yang dibawa berobat oleh orangtuanya karena mengalami rasa nyeri yang hebat pada ibu jarinya.
Setelah diperiksa dokter, didiagnosa menderita tendinitis akut, yang semula diperkirakan akibat dari berolahraga atau karena bermain tenis. Namun setelah diteliti lebih lanjut, ternyata tendinitis yang diderita remaja putri tersebut disebabkan karena mengetikkan sekitar 100 SMS dari handphone setiap harinya.
Tendinitis adalah suatu peradangan, iritasi dan pembengkakan pada jaringan tendon (jaringan ikat dari otot yang terdapat pada sendi). Tendinitis ini dapat terjadi akibat cedera, usia tua yang menyebabkan elastisitasnya berkurang atau karena penggunaan sendi yang berlebihan dengan gerakan yang sama berulang-ulang. Gejala yang sering timbul pada tendinitis adalah rasa nyeri terutama saat sendi digerakkan.
Tendinitis dapat terjadi pada sendi apapun, tapi sendi yang sering terkena adalah sendi bahu, siku, lutut (tendon Achilles) dan sendi pergelangan tangan. Pengobatan yang sering diberikan adalah dengan obat-obatan anti peradangan dan obat pereda nyeri. Selain itu tentunya sendi yang terkena harus diistirahatkan. Dan setelah sembuh pun, kebiasaan menggunakan sendi yang sama secara berulang-ulang secara berlebihan harus dihindari, seperti misalnya kebiasaan mengetikkan pesan SMS di telepon genggam hingga 100 SMS per hari!
Selain bisa menyebabkan tendisitis. Ternyata penggunaan handphone atau telepon genggam dapat berisiko menyebabkan kanker bagi pemakainya. Penelitian terbaru yang dilakukan di Swedia mencoba menjawab hal tersebut. Sekitar 750 orang partisipan ikut serta dalam penelitian ini. Hasilnya, penggunaan ponsel selama sekurangnya 10 tahun meningkatkan risiko tumor telinga menjadi 4 kali lipat. Tumor telinga ini, yang disebut Akustik Neuroma, meningkat risikonya hingga 3,9 kali lipat pada sisi telinga yang sering menggunakan ponsel.
Akustik Neuroma adalah tumor jinak pada saraf pendengaran, yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan saraf. Risiko ini akan terjadi pada mereka yang menggunakan ponsel lebih dari 10 tahun. Bila penggunaannya kurang dari 10 tahun, risiko tidak mencapai sebesar itu. Risiko dapat dihindari dengan menggunakan perangkat 'hands-free', sehingga ponsel tidak perlu digunakan menempel pada telinga.
Tahun 2002, peneliti dari Finlandia menemukan bahwa ponsel mengeluarkan radiasi elektromagnetik, yang dapat mempengaruhi jaringan tak manusia. Tapi hingga kini, belum dapat dibuktikan akan adanya efek yang dapat membahayakan manusia. Walau demikian, sebaiknya mulai waspada dalam penggunaan ponsel. Bila memungkinkan, gunakan perangkat 'hands-free' dan sebaiknya jangan biarkan anak untuk sering menggunakannya.
Dampak lain dari SMS, ternyata bisa merambat ke masalah mental. Hal ini terjadi pada sebuah klinik yang pasiennya bukan menderita penyakit fisik, justru mereka banyak sekali merawat pasien yang keranjingan mengirim pesan-pesan tertulis lewat SMS. Dalam 18 bulan terakhir, banyak pasien datang ke klinik yang berlokasi di Roehampton, barat daya London itu, mengeluh tak bisa melepaskan diri dari telepon genggam miliknya. Dr. Mark Collins, salah seorang dokter yang merawat pecandu SMS berujar, "Ini penyakit baru yang muncul dalam masyarakat, akibat
obsesi berlebihan terhadap piranti teknologi modern."
"Dalam 18 bulan terakhir, banyak jumlah pecandu yang sulit sekali menghentikan kebiasaannya mengirimkan pesan-pesan tertulis. Entah itu lewat internet atau telepon genggam," lanjutnya. "Salah seorang pasien saya, menghabiskan 7 jam sehari hanya untuk menulis pesan."
Salah seorang diantara pasien tersebut, menderita ketegangan dan rasa nyeri yang terus berulang, akibat terlalu sering menekan tombol-tombol handphone-nya. "Ada beberapa pasien yang berhenti minum alkohol dan mengonsumi kokain tetapi menghabiskan lebih dari 5 jam sehari untuk chatting di internet."
Salah seorang pecandu SMS, bahkan mengaku mengirimkan 54 pesan dalam sehari, kata Dr Collins. Sementara menurut survei, para pengguna telepon genggam di seluruh dunia ratarata mengirim 8 pesan SMS setiap hari.
Sepertiga diantara pengguna telepon genggam menyatakan, alasan utama mereka membeli handphone adalah agar bisa mengirimkan pesan-pesan tertulis.
Empat di antara 10 pemakai handphone, menggunakannya untuk mengirimkan pesan-pesan cinta kepada orang yang dikasihinya, terutama pacar. Meskipun 22 persen diantara mereka mengaku dicampakkan pacarnya lewat SMS.
Ayah seorang pasien berceritera anaknya yang baru berusia 16 tahun menghabiskan 20 poundsterling (kurang lebih 300.000 rupiah) seminggu ditambah seluruh uang jajannya untuk kirim-kiriman SMS dengan temannya.
"Dia tidak makan siang di sekolah dalam 3 bulan terakhir ini, dan yang lebih buruk dia tidakpunya kegiatan atau hobi lain di luar itu," kata sang ayah.
(to/bbc/kmp)
SMS adalah salah satu pelayanan teknologi komunikasi canggih yang sudah tidak asing lagi bagi para pengguna telepon seluler. Dengan SMS, berita singkat dapat cepat sampai ke tangan penerima berita, dan sebaliknya jawabanpun akan dengan cepat pula dapat diterima oleh pengirim berita.
Tapi, kehebatan teknologi ternyata tidak selalu bermanfaat bagi manusia sebagai penggunanya. Seperti yang terjadi pada seorang anak perempuan di Italia, yang dibawa berobat oleh orangtuanya karena mengalami rasa nyeri yang hebat pada ibu jarinya.
Setelah diperiksa dokter, didiagnosa menderita tendinitis akut, yang semula diperkirakan akibat dari berolahraga atau karena bermain tenis. Namun setelah diteliti lebih lanjut, ternyata tendinitis yang diderita remaja putri tersebut disebabkan karena mengetikkan sekitar 100 SMS dari handphone setiap harinya.
Tendinitis adalah suatu peradangan, iritasi dan pembengkakan pada jaringan tendon (jaringan ikat dari otot yang terdapat pada sendi). Tendinitis ini dapat terjadi akibat cedera, usia tua yang menyebabkan elastisitasnya berkurang atau karena penggunaan sendi yang berlebihan dengan gerakan yang sama berulang-ulang. Gejala yang sering timbul pada tendinitis adalah rasa nyeri terutama saat sendi digerakkan.
Tendinitis dapat terjadi pada sendi apapun, tapi sendi yang sering terkena adalah sendi bahu, siku, lutut (tendon Achilles) dan sendi pergelangan tangan. Pengobatan yang sering diberikan adalah dengan obat-obatan anti peradangan dan obat pereda nyeri. Selain itu tentunya sendi yang terkena harus diistirahatkan. Dan setelah sembuh pun, kebiasaan menggunakan sendi yang sama secara berulang-ulang secara berlebihan harus dihindari, seperti misalnya kebiasaan mengetikkan pesan SMS di telepon genggam hingga 100 SMS per hari!
Selain bisa menyebabkan tendisitis. Ternyata penggunaan handphone atau telepon genggam dapat berisiko menyebabkan kanker bagi pemakainya. Penelitian terbaru yang dilakukan di Swedia mencoba menjawab hal tersebut. Sekitar 750 orang partisipan ikut serta dalam penelitian ini. Hasilnya, penggunaan ponsel selama sekurangnya 10 tahun meningkatkan risiko tumor telinga menjadi 4 kali lipat. Tumor telinga ini, yang disebut Akustik Neuroma, meningkat risikonya hingga 3,9 kali lipat pada sisi telinga yang sering menggunakan ponsel.
Akustik Neuroma adalah tumor jinak pada saraf pendengaran, yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan saraf. Risiko ini akan terjadi pada mereka yang menggunakan ponsel lebih dari 10 tahun. Bila penggunaannya kurang dari 10 tahun, risiko tidak mencapai sebesar itu. Risiko dapat dihindari dengan menggunakan perangkat 'hands-free', sehingga ponsel tidak perlu digunakan menempel pada telinga.
Tahun 2002, peneliti dari Finlandia menemukan bahwa ponsel mengeluarkan radiasi elektromagnetik, yang dapat mempengaruhi jaringan tak manusia. Tapi hingga kini, belum dapat dibuktikan akan adanya efek yang dapat membahayakan manusia. Walau demikian, sebaiknya mulai waspada dalam penggunaan ponsel. Bila memungkinkan, gunakan perangkat 'hands-free' dan sebaiknya jangan biarkan anak untuk sering menggunakannya.
Dampak lain dari SMS, ternyata bisa merambat ke masalah mental. Hal ini terjadi pada sebuah klinik yang pasiennya bukan menderita penyakit fisik, justru mereka banyak sekali merawat pasien yang keranjingan mengirim pesan-pesan tertulis lewat SMS. Dalam 18 bulan terakhir, banyak pasien datang ke klinik yang berlokasi di Roehampton, barat daya London itu, mengeluh tak bisa melepaskan diri dari telepon genggam miliknya. Dr. Mark Collins, salah seorang dokter yang merawat pecandu SMS berujar, "Ini penyakit baru yang muncul dalam masyarakat, akibat
obsesi berlebihan terhadap piranti teknologi modern."
"Dalam 18 bulan terakhir, banyak jumlah pecandu yang sulit sekali menghentikan kebiasaannya mengirimkan pesan-pesan tertulis. Entah itu lewat internet atau telepon genggam," lanjutnya. "Salah seorang pasien saya, menghabiskan 7 jam sehari hanya untuk menulis pesan."
Salah seorang diantara pasien tersebut, menderita ketegangan dan rasa nyeri yang terus berulang, akibat terlalu sering menekan tombol-tombol handphone-nya. "Ada beberapa pasien yang berhenti minum alkohol dan mengonsumi kokain tetapi menghabiskan lebih dari 5 jam sehari untuk chatting di internet."
Salah seorang pecandu SMS, bahkan mengaku mengirimkan 54 pesan dalam sehari, kata Dr Collins. Sementara menurut survei, para pengguna telepon genggam di seluruh dunia ratarata mengirim 8 pesan SMS setiap hari.
Sepertiga diantara pengguna telepon genggam menyatakan, alasan utama mereka membeli handphone adalah agar bisa mengirimkan pesan-pesan tertulis.
Empat di antara 10 pemakai handphone, menggunakannya untuk mengirimkan pesan-pesan cinta kepada orang yang dikasihinya, terutama pacar. Meskipun 22 persen diantara mereka mengaku dicampakkan pacarnya lewat SMS.
Ayah seorang pasien berceritera anaknya yang baru berusia 16 tahun menghabiskan 20 poundsterling (kurang lebih 300.000 rupiah) seminggu ditambah seluruh uang jajannya untuk kirim-kiriman SMS dengan temannya.
"Dia tidak makan siang di sekolah dalam 3 bulan terakhir ini, dan yang lebih buruk dia tidakpunya kegiatan atau hobi lain di luar itu," kata sang ayah.
(to/bbc/kmp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar