Laman

--------------------------------- Memotret kehidupan dalam suatu rangkaian bahasa dan frasa 8.) ---------------------------------

12 September 2011

SMS Dapat Timbulkan Tendinitis

Mengirim  SMS,  short  message  service,  memang  bukan  hal  baru  bagi pengguna   handphone.   Namun,   di   balik   asyiknya   ber-SMS,   siapa   duga,   bisa menimbulkan penyakit fisik dan mental.

SMS adalah salah satu pelayanan teknologi komunikasi canggih yang sudah tidak asing lagi bagi para pengguna telepon seluler. Dengan SMS, berita singkat dapat cepat  sampai  ke  tangan  penerima  berita,  dan  sebaliknya  jawabanpun  akan dengan cepat pula dapat diterima oleh pengirim berita.
Tapi, kehebatan teknologi ternyata tidak selalu bermanfaat bagi manusia sebagai penggunanya. Seperti yang terjadi pada seorang anak perempuan di Italia, yang dibawa berobat oleh orangtuanya karena mengalami rasa nyeri yang hebat pada ibu jarinya.

Setelah   diperiksa   dokter,   didiagnosa   menderita   tendinitis   akut,   yang   semula diperkirakan  akibat  dari  berolahraga  atau  karena  bermain  tenis.  Namun  setelah diteliti lebih lanjut, ternyata tendinitis yang diderita remaja putri tersebut disebabkan karena mengetikkan sekitar 100 SMS dari handphone setiap harinya.

Tendinitis  adalah  suatu  peradangan,  iritasi  dan  pembengkakan  pada  jaringan tendon (jaringan ikat dari otot yang terdapat pada sendi). Tendinitis ini dapat terjadi akibat  cedera,  usia tua  yang  menyebabkan  elastisitasnya  berkurang atau karena penggunaan  sendi yang berlebihan dengan gerakan yang sama berulang-ulang. Gejala  yang  sering  timbul  pada  tendinitis  adalah  rasa  nyeri  terutama  saat  sendi digerakkan.

Tendinitis dapat terjadi pada sendi apapun, tapi sendi yang sering terkena adalah sendi    bahu,    siku,   lutut  (tendon      Achilles)   dan    sendi    pergelangan       tangan. Pengobatan yang sering diberikan adalah dengan obat-obatan anti peradangan dan obat pereda nyeri. Selain itu tentunya sendi yang terkena harus diistirahatkan. Dan  setelah  sembuh  pun,  kebiasaan  menggunakan  sendi  yang  sama  secara berulang-ulang   secara   berlebihan   harus   dihindari,   seperti   misalnya   kebiasaan mengetikkan pesan SMS di telepon genggam hingga 100 SMS per hari!

Selain   bisa   menyebabkan         tendisitis.  Ternyata     penggunaan        handphone        atau telepon     genggam       dapat     berisiko    menyebabkan         kanker    bagi    pemakainya. Penelitian  terbaru  yang  dilakukan  di  Swedia  mencoba  menjawab  hal  tersebut. Sekitar  750  orang  partisipan  ikut  serta  dalam  penelitian  ini.  Hasilnya,  penggunaan ponsel  selama sekurangnya  10 tahun  meningkatkan  risiko  tumor telinga menjadi 4 kali  lipat.  Tumor  telinga  ini,  yang  disebut  Akustik  Neuroma,  meningkat  risikonya hingga 3,9 kali lipat pada sisi telinga yang sering menggunakan ponsel.

Akustik   Neuroma   adalah   tumor   jinak   pada   saraf   pendengaran,   yang   dapat menyebabkan kerusakan otak dan saraf. Risiko ini akan terjadi pada mereka yang menggunakan  ponsel  lebih  dari  10  tahun.  Bila  penggunaannya  kurang  dari  10 tahun,   risiko  tidak  mencapai      sebesar   itu.  Risiko  dapat    dihindari   dengan menggunakan   perangkat   'hands-free',   sehingga   ponsel   tidak   perlu   digunakan menempel pada telinga.

Tahun 2002, peneliti dari Finlandia menemukan bahwa ponsel mengeluarkan radiasi elektromagnetik,  yang  dapat  mempengaruhi  jaringan          tak  manusia.  Tapi  hingga kini,  belum  dapat  dibuktikan  akan  adanya  efek  yang  dapat  membahayakan manusia.  Walau  demikian,  sebaiknya  mulai  waspada  dalam penggunaan  ponsel. Bila memungkinkan, gunakan perangkat 'hands-free' dan sebaiknya jangan biarkan anak untuk sering menggunakannya.

Dampak lain  dari  SMS,  ternyata  bisa  merambat  ke  masalah  mental.  Hal  ini  terjadi pada  sebuah  klinik  yang  pasiennya  bukan  menderita  penyakit  fisik,  justru  mereka banyak  sekali  merawat  pasien  yang  keranjingan  mengirim  pesan-pesan  tertulis lewat SMS. Dalam 18 bulan terakhir, banyak pasien datang ke klinik yang berlokasi di  Roehampton,  barat  daya  London  itu,  mengeluh  tak  bisa  melepaskan  diri  dari telepon  genggam  miliknya.  Dr.  Mark  Collins,  salah  seorang  dokter  yang  merawat pecandu  SMS  berujar,  "Ini  penyakit  baru  yang  muncul  dalam  masyarakat,  akibat
obsesi berlebihan terhadap piranti teknologi modern."

"Dalam  18  bulan  terakhir,  banyak  jumlah  pecandu  yang  sulit  sekali  menghentikan kebiasaannya  mengirimkan  pesan-pesan  tertulis.  Entah  itu  lewat  internet  atau telepon  genggam,"  lanjutnya.  "Salah  seorang  pasien  saya,  menghabiskan  7  jam sehari hanya untuk menulis pesan."

Salah seorang diantara pasien tersebut, menderita ketegangan dan rasa nyeri yang terus berulang, akibat terlalu sering menekan tombol-tombol handphone-nya.  "Ada  beberapa  pasien  yang  berhenti  minum  alkohol  dan  mengonsumi  kokain tetapi menghabiskan lebih dari 5 jam sehari untuk chatting di internet."

Salah  seorang  pecandu  SMS,  bahkan  mengaku  mengirimkan  54  pesan  dalam sehari,  kata   Dr  Collins.  Sementara    menurut    survei,  para   pengguna     telepon genggam di seluruh dunia ratarata mengirim 8 pesan SMS setiap hari.

Sepertiga   diantara   pengguna   telepon   genggam   menyatakan,   alasan   utama mereka membeli handphone adalah agar bisa mengirimkan pesan-pesan tertulis.

Empat  di  antara  10  pemakai  handphone,  menggunakannya  untuk  mengirimkan pesan-pesan  cinta  kepada  orang  yang  dikasihinya,  terutama  pacar.  Meskipun  22 persen diantara mereka mengaku dicampakkan pacarnya lewat SMS.

Ayah    seorang    pasien    berceritera   anaknya     yang    baru   berusia   16   tahun menghabiskan  20  poundsterling  (kurang  lebih  300.000  rupiah)  seminggu  ditambah seluruh uang jajannya untuk kirim-kiriman SMS dengan temannya.

"Dia tidak makan siang di sekolah dalam 3 bulan terakhir ini, dan yang lebih buruk dia tidakpunya kegiatan atau hobi lain di luar itu," kata sang ayah.
(to/bbc/kmp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar